Dunia songwriting berubah.
Dulu, lagu ditulis dengan gitar, buku catatan, dan perasaan yang belum sempat diberi nama.
Sekarang, lagu bisa lahir dari chord generator, template produksi, algoritma referensi, dan struktur yang dianggap “aman untuk playlist”.
Namun pada intinya, dua hal tidak pernah hilang:
feel dan formula.
Keduanya selalu berdampingan, saling tarik-menarik, saling menguatkan, dan kadang saling bertentangan.
Songwriting modern bukan memilih salah satu,
tetapi memahami bagaimana keduanya bekerja untukmu.
Feel: Sumber Energi yang Tidak Bisa Dipaksa
Setiap lagu yang baik dimulai dari sesuatu yang tidak sepenuhnya bisa dijelaskan.
Baris pertama yang tiba-tiba muncul.
Nada kecil yang bertahan seharian.
Rasa yang sulit diceritakan lewat kalimat biasa.
Feel tidak mengikuti aturan.
Ia muncul seperti pengunjung tak diundang: kadang tengah malam, kadang saat perjalanan, kadang justru ketika kamu tidak sedang mencoba menulis.
Lagu yang lahir dari feel biasanya punya ciri yang sama:
jujur, langsung, dan punya warna unik yang sulit direkayasa.
Masalahnya muncul ketika feel harus diterjemahkan ke bentuk lagu yang bisa dinyanyikan orang lain.
Di sinilah formula mulai mengambil peran.
Formula: Kerangka yang Menjaga Lagu Tetap Utuh
Formula dalam songwriting bukan musuh kreativitas.
Formula adalah kerangka yang memberi bentuk pada perasaan.
Verse–pre–chorus–chorus
Bridge–chorus
A–A–B–A
Atau bentuk bebas yang tetap punya pola internal.
Formula mempermudah pendengar memahami arah lagu.
Ia menjaga ketegangan, pelepasan, dan fokus.
Di era modern, formula semakin dipahami secara ilmiah:
durasi intro, hook pertama di detik ke berapa, repetisi, jumlah kata, hingga warna vokal.
Tapi memakai formula bukan berarti menjadi generik.
Formula hanya alat.
Yang membuat lagu hidup tetap feel-nya.
Ketika Keduanya Bekerja Bersama
Songwriter modern yang baik tidak menolak salah satu.
Mereka tahu kapan harus mengikuti feel,
dan kapan harus membiarkan formula memegang kendali.
Feel menciptakan keunikan.
Formula membuat keunikan itu dapat dipahami.
Lagu yang terlalu mengandalkan feel kadang terdengar indah tetapi sulit diingat.
Lagu yang terlalu formula terdengar rapi tetapi kosong.
Songwriting modern yang kuat berada di tengah-tengah:
bebas, tetapi terarah.
Di Studio, Prosesnya Lebih Terlihat Nyata
Ketika proses songwriting dibawa ke studio, perbedaan feel dan formula terasa jelas.
Ada saat ketika sebuah hook muncul begitu saja.
Itu feel bekerja.
Ada saat ketika hook itu harus disusun ulang agar lebih kuat.
Itu formula bekerja.
Engineer membaca dinamika itu.
Producer menata struktur tanpa membunuh spontanitas.
Artist mencoba vokal berkali-kali sampai menemukan momen paling jujur.
Beberapa lagu bahkan memilih untuk tidak mengikuti struktur standar.
Ada lagu yang hanya hidup dari satu kalimat yang diulang-ulang dengan tone yang tepat.
Ada lagu yang berkembang seperti percakapan.
Ada lagu yang cocok diputar di tempat umum seperti musik untuk restoran.
Songwriting modern tidak lagi dibatasi oleh bentuk,
tetapi diarahkan oleh niat.
Teknologi Membantu Songwriting, Tapi Bukan Pengganti
Alat modern dari DAW, chord helper, hingga plugin membuat proses menulis lagu lebih mudah.
Tetapi tidak ada teknologi yang bisa menggantikan hal-hal ini:
- insting memilih kata yang tepat
- rasa ketika chord berubah di momen yang pas
- keputusan untuk menyanyikan kalimat yang dianggap terlalu jujur
- intuisi kapan perlu diam, kapan perlu naik
Teknologi membantu mempercepat.
Rasa membantu memperdalam.
Songwriter yang matang tahu kapan menggunakan keduanya apalagi jika kamu akan menggunakan jasa pembuatan lagu. Perhatikan bagaimana songwriter di sana bekerja.

Menulis Lagu Modern Itu Membaca Diri Sendiri
Songwriting modern menuntut kepekaan terhadap dua hal sekaligus:
apa yang kamu rasakan,
dan apa yang ingin kamu sampaikan.
Dengan riuhnya dunia produksi musik saat ini.
Musik ditulis dengan atau tanpa bantuan teknologi akan kembali ke satu hal fundamental:
Kejujuran.
Kadang lagu butuh ruang,
kadang butuh hook yang memaku pendengar dalam lima detik.
Kadang lagu lahir dari suara kecil yang nyaris hilang,
kadang dari struktur kokoh yang dipilih dengan sadar.
Feel membawa kamu masuk ke lagu.
Formula membawa pendengar ikut masuk.
Dan pada akhirnya, dua-duanya harus bekerja untuk satu tujuan:
membuat lagu yang terasa hidup.